BUKAN suatu rahasia
lagi bahwa negara Indonesia memiliki tingkat korupsi yang cukup tinggi. Bahkan
kita bisa mendapatinya dalam hal-hal kecil di kehidupan sehari-hari, seperti
tidak datang tepat waktu saat menghadiri pertemuan, atau menambah waktu ketika
suatu pertemuan seharusya telah selesai. Menurut Transparency International (TI) tahun 2019, Indonesia berada dalam
peringkat 85 dari 180 negara dengan skor 40/100. Angka yang masih pantas disebut
tinggi, namun mengalami peningkatan sebanyak 2 angka dibanding tahun 2018.
Artinya, pergerakan Indonesia dalam memberantas tindak pidana korupsi mengalami
kemajuan yang positif.
Meskipun
mengalami progress yang cukup baik, tetap tidak bisa dielak bahwa korupsi di
Indonesia masih menjamur dan memberikan dampak di banyak sektor kehidupan,
mulai dari kerugian dalam ekonomi negara hingga ke lingkungan alam.
1. Dampak Korupsi di Bidang Ekonomi
Negara-negara berkembang umumnya memiliki pertumbuhan ekonomi yang lemah dan jumlah kemiskinan yang tinggi. Korupsi menyebabkan kesejahteraan semakin sulit untuk digapai karena yang kaya akan semakin kaya akibat mengambil hak orang-orang di sekitarnya, memberikan kewenangan kepada orang-orang yang tidak bertanggungjawab hingga merugikan banyak orang. Korupsi melemahkan investasi domestik maupun asing, menghantui investor yang harus dihadapkan dengan segala tetek bengek perizinan usaha. Berkurangnya investasi usaha memberi dampak besar terhadap sedikitnya penyerapan tenaga kerja, hingga angka kemiskinan pun semakin beranak-pinak.
Hutang negara
pun membengkak untuk memenuhi segala kebutuhan yang merupakan akibat dari
kejahatan korupsi.
2. Dampak Korupsi di Bidang Sosial
Budaya korupsi
yang seolah mengakar di dalam masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap
kemajuan bangsa, menjalar kemana-mana dan saling bersentuhan. Karena setiap
harinya manusia akan berkembang, budaya korupsi tersebut juga akan terbawa ke
segala bidang. Seseorang yang sudah terbiasa menyaksikan maupun melakukan korupsi
‘kecil’ saat masih anak-anak memiliki potensi melakuakn hal yang sama saat dia
diberikan kewenangan. Hak-hak masyarakat yang diambil mampu mendorong tindakan-tindakan
kriminalitas, sebagian besar karena adanya tekanan dari perekonomian yang
sulit. Pejabat korup yang berfokus memperkaya dirinya sendiri akan tutup mata
terhadap penuntasan kemiskinan di negaranya.
Selain itu,
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah pun menjadi berkurang. Hal tersebut
tentunya akan berefek kepada partisipasi yang rendah, dimana masyarakat menjadi
masa bodoh, abai, dan tidak mau tahu dengan penyelenggaraan pemerintahan.
Hasrat berwirausaha pun menurun, karena masyarakat enggan jika membuka usaha
harus berurusan dengan tendensi-tendesi korupsi. Keberpihakan pada oknum-oknum
tertentu membuat masyarakat menciut sebelum sempat mencoba.
3. Dampak Korupsi di Bidang Birokrasi Pemerintahan
Birokrasi
menjadi sasaran empuk untuk dijadikan ladang kejahatan korupsi. Segala peraturan
perundang-undangan dibuat menjadi tidak efektif dan efisien hingga melahirkan berbagai
kelumit perizinan berusaha. Investor pun kehilangan minat terlebih dahulu
sebelum sempat menanamkan modal. Korupsi seolah menjadi pajak tambahan jika
ingin menjalankan perusahaan. Pengaturan dalam berusaha juga jadi lambat penyelesaiannya,
disebabkan oleh birokrasi yang rumit.
4. Dampak Korupsi di Bidang Politik
Pemimpin yang
lahir melalui korupsi, termasuk suap saat mendapatkan jabatannya, berpotensi
melahirkan sikap destruktif. Korupsi memberi akses yang luas bagi orang-orang
tidak professional untuk menduduki kursi-kursi pemerintahan. Ketidakjujuran
dalam mengemban kekuasaan, menyelewengkan kewenangan, juga kelayakan yang patut
untuk dipertanyakan mengambil andil yang besar dalam rusaknya sistem
pemerintahan.
Partisipasi
masyarakat yang rendah juga mempengaruhi jumlah golput dalam pemilihan umum.
Pemilik modal yang ‘mensponsori’ berbagai partai politik akhirnya juga ikut campur
tangan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan.
5. Dampak Korupsi di Bidang Lingkungan Alam
Perizinan yang tidak tersaring secara baik dalam tahap birokrasi berhasil meloloskan banyak pihak-pihak tak bertanggungjawab. Dalam sektor lingkungan hidup, sudah banyak ditemui kegiatan illegal-dilegalkan yang merusak lingkungan demi keuntungan pribadi maupun organisasi. Baru-baru ini masyarakat digegerkan dengan perusahaan asing yang melakukan pembakaran hutan besar-besaran di Papua dengan alasan pembukaan lahan, di saat hal tersebut sudah jelas mengganggu ekosistem yang ada. Sementara kerusakan ekosistem akan menciptakan kerusakan yang lebih luas untuk lingkungan, termasuk manusia.
Kasus lainnya adalah perizinan pembukaan lahan kelapa sawit yang merusak kontur tanah hingga tidak bisa ditanami lagi, ditinggal begitu saja menjadi lahan kering. Ada pula perusahaan tambang yang tidak menutup kembali galiannya, hingga menimbulkan berbagai kejadian berbahaya yang tidak mengenakan.
Dampak yang telah disebutkan hanyalah sebagian kecil dari dampak yang ada. Masih banyak kerugian lain yang disebabkan oleh tindak pidana korupsi. Oleh karena itu, diperlukannya kemauan bersama yang kuat untuk mengurangi segala kemungkinan yang ada, mulai dari kehidupan sehari-hari seperti bersikap jujur dan menghargai orang lain.
Referensi:
Fatul, Ri. 2016.
7 Dampak Masif Korupsi. Diakses pada 14 Desember 2020 di https://www.kompasiana.com/ftl/58249af5c6afbd1b63337e55/7-dampak-masif-korupsi?page=all
Mukodi. 2017. Korupsi dan Kebangkrutan Sebuah Bangsa. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan ABDIMAS, Pacitan: 14 Oktober 2017
Sugiyanto. 2019.
Dampak Korupsi Terhadap Perekonomian Indonesia. Jurnal Mimbar Bumi Bengawan,
Volume 12, Nomor 28.
Yupz... Bagus DIk...
ReplyDelete