Aku mencoba berpijak di tempat ini. Dan hujan yang mengguyur menusuk tengkukku. Dinginnya kusanggah berkali-kali hingga aku kebasahan olehnya, pun aku menolak untuk berteduh. Segala sudut di tempat ini tak ada yang mampu melindungiku, namun aku berusaha melingkupinya dengan lengan kurusku agar suatu hari terpeluk ia dengan keberadaanku.
Ada sebuah pohon kersen mungil, dan di bawahnya tanah licin yang tertimpa dedaunan kering. Kemudian dedaunan itu berubah hitam, dan tanah kering menjadi gambut. Hujan turun tanpa henti. Tubuhku menggigil dan pakaianku serasa menyatu dengan kulit. Aku memeluk belaian sensasi familiar yang tak berbentuk. Gemuruh langit terdengar seperti irama jantungku; bergetar di tengah beku. Aku berdiri dilawan deru angin yang berusaha kujabat agar menjadi kawan, dan pohon-pohon yang bergoyang serupa sorakan semu. Dalam gema keheningan yang luas dan tak berdinding ini kupikir aku pulang. "Inilah tempatku," ucapku pilu.
Comments
Post a Comment